MEMAAFKAN (AL-AFWU )
Memaafkan?
Memaafkan adalah terjemah dari bahasa arab Afaa (عفا). Secara bahasa, maknanya adalah menghapus atau melebur.
Jika makna ini dikaitkan dengan kesalahan orang lain, maka makna al-afwu adalah menghapus dan melebur kesalahan orang lain itu dari hati, hingga seakan kesalahan itu tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi, hingga tidak ada dendam, tidak ada kebencian, dan tidak ingin membalas dengan keburukan yang serupa.
Tak memaafkan karena hendak menuntut di akhirat?
Kadang orang berfikiran matematis seperti ini, "ia tidak mau memaafkan karena hendak menuntut balas di akhirat dan ingin mendapatkan pahala orang yang menzaliminya." Dalam hadis nabi saw. memang orang yang mendzalimi pahalanya akan dikurangi dan diberikan pada orang yang didzalimi.
Hal ini memang dibenarkan, tapi bukan yang terbaik. Yang lebih baik dari hal itu adalah memaafkan kesalahan orang itu, baik di dunia maupun di akhirat, karena memaafkan adalah salah satu sebab seorang hamba mendapatkan ampunan Allah.
Apakah mendapatkan pahala, bagi yang tidak memaafkan?
Jika tidak memaafkan, ia hanya mendapat sedikit pahala orang yang menzaliminya, namun jika ia mau memaafkan, ia akan mendapatkan pengampunan dosa-dosa dari Allah. Adakah yang lebih utama dari pengampunan seluruh dosa-dosa?
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (النور ١٨)
. . . dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." *(QS. An-Nur 18).
Al-kisah, dulu Abu Bakar punya kerabat namanya Misthoh. Kerabatnya ini sangat miskin. Maka, Abu Bakar selalu menafkahi kerabat ini. Namun, tak disangka kerabatnya yang bernama Misthoh ini menuduh Sayyidah Aisyah melakukan Zina. Hal ini sangat mencemarkan Nama keluarga Abu Bakar, terlebih Aisyah adakah istri Rosulullah saw. Hingga turun ayat yang menerangkan bahwa tuduhan itu tidak benar.
Abu Bakar sangat marah mendengar tuduhan ini. Ia tidak menyangka bahwa orang yang selama ini ia nafkahi menuduh putri yang paling dicintainya yang menjadi istri Rosulullah saw., yakni Sayyidah A'isyah. Maka, Abu akar bersumpah tidak akan memberi nafkah lagi kepada Misthoh selamanya.
Mendengar perlakuan Abu Bakar itu, Rosulullah saw. menegurnya. "Wahai Abu Bakar, apakah kamu tidak ingin kesalahanmu di ampuni Allah?"
أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لكم
Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? (Qs. An-Nur 18).
Abu Bakar menjawab, "Iya wahai Rosulullah, aku ingin mendapatkan ampunan Allah itu." Maka, Abu Bakar memaafkan seluruh kesalahan Misthoh dan memberi nafkah lagi pada Misthoh.
Hingga Abu Bakar mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan menjadi manusia terbaik setelah Rosulullah saw. Salah satunya adalah dengan memaafkan kesalahan orang lain.
Banyak dari wali-wali Allah yang amalannya adalah sebelum tidur mereka selalu memaafkaana seluruh orang yang pernah bersalah padanya.[A. Rifki Azmi]